Konsep Bahasa dan Fungsi Bahasa
A.
Konsepsi Bahasa
Sampai dengan abad XXI ini perkembangan ilmu dan
teknologimenunjukkan bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan
bahasaInggris sebagai bahasa internasional sangat berperan sebagai sarana komunikasi.
Dalam bidang akademik bahasa Indonesia telah menunjukkan peranannya dalam
berbagai disiplin ilmu melalui bentuk-bentuk tulisan ilmiah seperti makalah dan
skripsi. Pada dasarnya interaksi dan macam kegiatan akademik tidak akan
sempurna atau berjalan dengan baik dan benar. Begitu pentingnya bahasa sebagai
sebagai sarana komunikasi batasan atau pengertian BAHASA adalah sarana komunikasi
antar anggota masyarakat dalam menyampaikan ide dan perasaan
secara lisan atau tulis. Konsepsi bahasa tersebut menunjukkan bahwa sistem
lambang bunyi
ujaran
dan lambang tulisan digunakan untuk berkomunikasi dalam masyarakat dan lingkungan
akademik. Bahasa yang baik dikembangkan olehpemakainya berdasarkan
kaidah-kaidahnya yang tertata dalam suatu sistem.
Kaidah bahasa dalam sistem
tersebut mencakup beberapa hal berikut.
(1) Sistem
lambang yang bermakna dapat dipahami dengan baik oleh masyarakatnya.
(2) Berdasarkan kesepakatan
masyarakat pemakainya, sistem bahasa itu bersifat konvensional.
(3) Lambang sebagai huruf
(fonemis) bersifat manasuka atau kesepakatan
pemakainya (arbitrer)
(4) Sistemlambang yang terbatas
itu (A—Z: 26 huruf) mampu menghasilkan kata, bentukan kata, frasa, klausa, dan
kalimat yan tidakterbatas dan sangat produktif.
(5) Sistem lambang itu
(fonemis) tidak sama dengan sistem lambang bahasa lain seperti sistem lambang bahasa
Jepang (Lambang hirakana atau silabis)
(6) Sistem lambang bahasa
itu dibentuk berdasarkan aturan yang bersifat universal sehingga dapat sana dengan
sistemlambang bahasa lain. Unsur dalam sistem lambang tersebut menunjukkan
bahwa bahasa itu bersifat unik, khas,
dan dapat dipahami masyarakat.
B. Fungsi
Bahasa
Fungsi bahasa yang
utama dan pertama sudah terlihat dalam konsepsi bahasa di atas, yaitu fungsi
komunikasi dalam bahasa berlaku bagi semua
bahasa apapun dan
dimanapun. Dalam berbagai literatur bahasa, ahli bahasa (linguis) bersepakat
dengan fungsi-fungsi bahasa berikut:
1. fungsi ekspresi dalam bahasa
2. fungsi komunikasi dalam bahasa
3. fungsi adaptasi dan integrasi dalam
bahasa
4. fungsi kontrol sosial (direktif
dalam bahasa)
Di samping
fungsi-fungsi utama tersebut, Gorys Keraf menambahkan beberapa fungsi lain
sebagai pelengkap fungsi utama tersebut. Fungsi tambahan itu adalah:
1. Fungsi lebih
mengenal kemampuan diri sendiri.
2. Fungsi lebih
memahami orang lain;
3. Fungsi belajar
mengamati dunia, bidang ilmu di sekitar dengan cermat.
4. Fungsi mengembangkan
proses berpikir yang jelas, runtut, teratur, terarah, dan logis;
5. Fungsi
mengembangkan atau memengaruhi orang lain dengan baik dan menarik (fatik).
(Keraf, 1994: 3-10)
6. Fungsi
mengembangkan kemungkinan kecerdasan ganda:
1) Fungsi
pernyataan ekspresi diri
Fungsi pertama ini,
pernyataan ekspresi diri, menyatakan sesuatu yang akan disampaikan oleh penulis
atau pembicara sebagai eksistensi diri dengan maksud:
a. Menarik perhatian
orang lain (persuasif dan provokatif),
b. Membebaskan diri
dari semua tekanan dalam diri seperti emosi,
c. Melatih diri untuk
menyampaikan suatu ide dengan baik,
d. Menunjukkan
keberanian (convidence) penyampaikan ide.
Fungsi ekspresi diri
itu saling terkait dalam aktifitas dan interaktif keseharian individu,
prosesnya berkembang dari masa anak-anak, remaja, mahasiswa, dan dewasa.
2) Fungsi Komunikasi
Fungsi komunikasi
merupakan fungsi bahasa yang kedua setelah fungsi ekspresi diri. Maksudnya,
komunikasi tidak akan terwujud tanpa dimulai dengan ekspresi diri. Komunikasi
merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi, yaitu komunikasi tidak akan
sempurna jika ekspresi diri tidak diterima oleh orang lain. Oleh karena
itu,komunikasi tercapai dengan baik bila ekspresi berterima. Dengan kata lain,
komunikasi berprasyarat pada ekspresi diri.
3) Fungsi integrasi dan adaptasi sosial
Fungsi peningkatan
(integrasi) dan penyesuaian (adaptasi) diri dalam suatu lingkungan merupakan
kekhususan dalam bersosialisasi baik dalam lingkungan sendiri maupun dalam
lingkungan baru. Hal itu menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan sebagai sarana
mampu menyatakan hidup bersama dalam suatu ikatan (masyarakat). Dengan demikian,
bahasa itu merupakan suatu kekuatan yang berkorelasi dengan kekuatan orang lain
dalam integritas sosial. Korelasi melalui bahasa itu memanfaatkan aturan-aturan
bahasa yang disepakati sehingga manusia berhasil membaurkan diri dan
menyesuaikan diri sebagai anggota suatu masyarakat.
4) Fungsi kontrol sosial
Kontrol sosial
sebagai fungsi bahasa bermaksud memengaruhi perilaku dan tindakan orang dalam
masyarakat, sehingga seseorang itu terlibat dalam komunikasi dan dapat saling memahami.
Perilaku dan tindakan itu berkembang ke arah positif dalam masyarakat. Hal
positif itu terlihat melalui kontribusi dan masukan yang positif. Bahkan,
kritikan yangtajam dapat berterima dengan hati yang lapang jika kata-kata dan
sikap baik memberikan kesan yang tulus tanpa prasangka. Dengan kontrol sosial,
bahasa mempunyai relasi dengan proses sosial suatu masyarakat seperti keahlian
bicara, penerus tradisi tau kebudayaan, pengindentifikasi diri, dan penanam
rasa keterlibatan (sense of belonging) pada masyarakat bahasanya.
5. Fungsi membentuk karakter diri
6. Fungsi membangun dan mengembangkan profesi diri
7. Fungsi menciptakan berbagai kreativitas baru (Widiono,
2005: 11-18)
Masih banyak fungsi
bahasa yang lain dalam bahasa Indonesia khususnya, fungsi bahasa dapat
dikembangkan atau dipertegas lagi ke dalam kedudukan atau posisi bahasa
Indonesia. Posisi Bahasa Indonesia diidentifikasikan menjadi bahasa persatuan,
bahasa nasional, bahasa negara, dan bahasa standar. Keempat posisi bahasa
Indonesia itu mempunyai fungsi masingmasing seperti berikut:
I. Fungsi bahasa persatuan adalah pemersatu
suku bangsa, yaitu pemersatu suku, agama, rasa dan antar golongan (SARA) bagi
suku bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Fungsi pemersatu ini (heterogenitas/kebhinekaan)
sudah dicanangkan dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.
II. Fungsi Bahasa Nasional adalah fungsi jati
diri Bangsa Indonesia bila
berkomunikasi pada
dunia luar Indonesia. Fungsi bahasa nasional ini dirinci atas bagian berikut:
1. Fungsi lambang
kebanggaan kebangsaan Indonesia
2. Fungsi Identitas
nasional dimata internasional
3. Fungsi sarana
hubungan antarwarga, antardaerah, dan antar
budaya, dan
4. Fungsi pemersatu
lapisan masyarakat: sosial, budaya, suku
bangsa, dan bahasa.
III. Fungsi bahasa negara adalah bahasa yang
digunakan dalam administrasi negara untuk berbagai aktivitas dengan rincian
berikut:
1. Fungsi bahasa
sebagai administrasi kenegaraan,
2. Fungsi bahasa
sebagai pengantar resmi belajar di sekolah dan
perguruan
tinggi,
3. Fungsi bahasa
sebagai perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan bagai negara Indonesi sebagai
negara
berkembang, dan
4. Fungsi bahsa
sebagai bahasa resmi berkebudayaan dan ilmu
teknologi (ILTEK)
IV. Fungsi bahasa baku (bahasa standar) merupakan bahasa
yang
digunakan dalam
pertemuan sangat resmi. Fungsi bahasa baku itu
berfungsi sebagai
berikut:
1. Fungsi pemersatu
sosial, budaya, dan bahasa,
2. Fungsi penanda
kepribadian bersuara dan berkomunikasi,
3. Fungsi penambah
kewibawaan sebagai pejabat dan intelektual,
dan
4. Fungsi penanda
acuan ilmiah dan penuisan tulisan ilmiah.
Keempat
posisi atau kedudukan bahasa Indonesia itu mempunyai fungsiketerkaitan antar
unsur. Posisi dan fungsi tersebut merupakan kekuatanbangsa Indonesia dan
merupakan jati diri Bangsa Indonesia yang kokoh danmandiri. Dengan keempat
posisi itu, bahasa Indonesia sangat dikenal di matadunia, khususnya tingkat
regional ASEAN.
Dengan
mengedepankan posisi dan fungsi bahaasa Indonesia, eksistensibahasa Indonesia
diperkuat dengan latar belakang sejarah yang runtut dan argumentatif. Sejarah
terbentuknya Bahasa Indonesia dari bahasa melayu.
Ciri-ciri
bahasa Indonesia yang khas, legitimasi sebagai interaksi BahasaIndonesia, dan
ragam serta laras Bahasa Indonesia memperkuat konsepsi dan fungsi dikembangkan
ke berbagai ilmu, teknologi, bidang, dan budaya sekarang dan nanti.
BAB II
RAGAM DAN LARAS BAHASA
1. PENDAHULUAN
Ketika
bahasa itu berada pada tataran fungsi bahasa ekspresi diri dan fungsibahasa
komunikasi, bahasa yang digunakan masuk ke dalam ragam bahasa dan laras bahasa.
Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang terbentuk karena pemakaian bahasa.
Pemakaian bahasa itu dibedakan berdasarkan media yang digunakan topik
pembicaraan, dan sikap pembicaranya. Di pihak lain, laras bahasa dimaksudnya
kesesuaian antara bahasa dan fungsi pemakaiannya. Fungsi pemakaian bahasa lebih
diutamakan dalam laras bahasa dari pada aspek lain dalam ragam bahasa. Selain
itu, konsepsi antara ragam bahasa dan laras bahasa saling terkait dalam
perwujudan aspek komunikasi bahasa. Laras bahasa apa pun akan memanfaatkan
ragam bahasanya. Misalnya, laras bahasa lisan dan ragam bahasa tulis.
2. RAGAM
BAHASA
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ragam bahasa diartikan variasibahasa
menurut pemakaiannya, topic yang dibicarakan hubungan pembicara dan teman
bicara, dan medium pembicaraannya. (2005:920). Pengertian ragam bahasa ini
dalam berkomunikasi perlu memperhatikan aspek (1) situasi yang dihadapi, (2)
permasalahan yang hendak disampaikan, (3) latar belakang pendengar atau pembaca
yang dituju, dan (4) medium atau sarana bahasa yang digunakan. Keempat aspek dalam
ragam bahasa tersebut lebih mengutamakan aspek situasi yang dihadapi dan aspek
medium bahasa yang digunakan dibandingkan kedua aspek yang lain.
2.1.
Ragam Bahasa Berdasarkan Situasi Pemakaianannya
Berdasarkan
situasi pemakaiannya, ragam bahasa terdiri atas tiga bagian,yaitu ragam bahasa
formal, ragam bahasa semiformal, dan ragam bahasa nonformal. Setiap ragam
bahasa dari sudut pandang yang lain dan berbagai jenis laras bahasa
diidentifikasikan ke dalam situasi pemakaiannya. Misalnya, ragam bahsa lisan
diidentifikasikan sebagai ragam bahasa formal, semiformal,atau nonformal.
Begitu juga laras bahasa manjemen diidentifikasikan sebagi ragam bahasa formal,
semiformal, atau nonformal. Ragam bahasa formal memperhatikan kriteria berikut
agar bahasanya menjadi resmi.
1. Kemantapan dinamis
dalam pemakaian kaidah sehingga tidak kakutetapi tetap lebih luwes dan
dimungkinkan ada perubahan kosa kata dan istilah dengan benar.
2. Penggunaan
fungsi-fungsi gramatikal secara konsisten dan eksplisit.
3. Penggunaan bentukan
kata secara lengkap dan tidak disingkat.
4. Penggunaan imbuhan
(afiksasi) secara eksplisit dan konsisten
5. Penggunaan ejaan
yang baku pada ragam bahasa tulis dan lafal yang
baku pada ragam bahasa lisan.
Berdasarkan kriteria
ragam bahasa formal di atas, pembedaan antara ragamformal, ragam semiformal,
dan ragam nonformal diamati dari hal berikut:
1. Pokok masalah yang
sedang dibahas,
2. Hubungan antara
pembicara dan pendengar,
3. Medium bahasa yang
digunakan lisan atau tulis,
4. Area atau lingkungan
pembicaraan terjadi, dan
5. Situasi ketika
pembicaraan berlangsung.
Kelima pembedaan
ragam baasa di atas, dipertegas lagi pembedaan antara ragam bahasa formal dan
ragam bahasa nonformal yang paling mencolok adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan kata sapaan
dankata ganti,misalnya:
Contoh
: Saya dan gue/ogut
Anda dan lu/situ/ente
2. Penggunaan imbuhan
(afiksasi), awalan (prefix), akhiran (sufiks),
gabungan awalan dan
akhiran (simulfiks), dan imbuhan terpisah
(konfiks).
Misalnya:
Awalan: menyapa – apaan
Mengopi – ngopi
Akhiran:
laporan – laporin
Marahi – marahin
Simulfiks:
Misalnya
: menemukan------nemuin
Menyerahkan-----nyerahin
Konfiks:
Misalnya
: Kesalaha-----------nyalahin
Pembetulan-------betulin
(3) Penggunaan unsure fatik (persuasi)
lebih sering muncul dalam ragam
bahasa nonformal, seperti sih, deh,
dong,kok,lho, ya kale, gitu ya.
(4) Penghilangan unsure atau fungsi
kalimat (S-P-O-Pel-Ket) dalam ragam
bahasa nonformal yang menganggu
penyampaian suatu
pesan.Misalnya,
Penghilangan subjek: Kepada hadirin harap
brdiri.
Penghilangan predkat: Laporan itu untuk
pimpinan.
Penghilangan objek :
RCTI melaporkan dariMedan.
Penghilangan
pelengkap: Mereka berdiskusi dilantai II.
2.2.
Ragam bahasa berdasarkan mediumnya
Berdasarkan mediumnya
ragambahasa terdiriatas dua ragambahasa,yaitu
(1) ragam bahasa
lisan
(2) ragam bahasa
tulis.
Ragambahasa lisan
adalah bahasa yang dilafalkan langsung oleh penuturnya kepada pendengar atau
teman bicaranya. Ragam bahasa lisan
ini ditentukan oleh
intonasi dalam pemahaman maknanya. Misalnya :
(a)Kucing/ makan
tikus mati.
(b) Kucing
makan//tikus mati.
(c) Kucing makan
tikus/mati.
Ragam bahasa tulis
adalah ragambahasa yang ditulis atau dicetak dengan
memerhatikan
penempatan tanda baca dan ejaan secara benar.
Ragambahasa tulis
dapat bersifat formal,semiformal, dan nonformal. Dalam penulisan makalah
seminar dan skripsi,penulis harus menggunakan
ragambahasa formal
sedangkan ragam bahasa semiformal digunakandalamperkuliahan dan ragam bahasa
nonformal digunakan keseharian secarainformal. Berikut ini didesjripsikan
perbedaan dan persamaan antara bahasa lisan dan bahasa tulius dalam bentuk
bagan.Penggunaan ragambahasa dan laras bahasa dalam penulisan karangan ilmiah
harus berupaya pada :
(1) ragam bahasa
formal,
(2) ragam bahasa
tulis,
(3) ragam bahasa
lisan ,
(4) laras bahasa
ilmiah, dan
(5) berbahasa
Indonesia dengan baik dan benar.
3.
LARAS BAHASA
Laras
bahasa adalah kesesuaian antara bahasa dan fungsi pemakaiannya.Laras bahasa
terkait langsung sung dengan selingkung bidang (home style) dan keilmuan,
sehingga dikenallah laras bahasa ilmiah dengan bagian subsublarasnya. Pembedaan
diantara sub-sublaras bahasa seperti dalam laras ilmiah itu dapat diamati dari
:
(1) penggunaan
kosakata dan bentukan kata,
(2) penyusunan
frasa,klausa, dan kalimat,
(3) penggunaan
istilah
(4)pembentukan
paragraph,
(5) penampilan
halteknis,
(6) penampilan
kekhasan dalam wacana.
Berdasrkan konsepsi
laras bahasa tersebut,laras bahasa ekonomi mempunyai sub-sublaras bahasa
manajemen, sublaras akuntansi,sublaras
asuransi, sublaras
perpajakan, dll.
BAB III
PENULISAN EJAAN DAN TANDA BACA
I.
Konsepsi Ejaan
EJAAN
adalah keseluruhan pelambangan bunyi bahasa, penggabungandan pemisahan kata,
penempatan tanda baca dalam tataran satuan bahasa.Pengertian senada dengan KBBI
(2005:205), Ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi dalam bentuk
huruf serta penggunaan tanda baca dalam tataran wacana. Berdasrkan konsepsi
ejaan tersebut, cakupan bahasan ejaan membicarakan :
(1) pemakian huruf
vocal dan konsonan,
(2) penggunaan huruf
capital dankursif,
(3) penulisan
kosakata dan bnetukan kata,
(4) penulisan unsure serapan afiksasi dan kosakata
asing, dan
(5) penempatan dan
pemakaian tanda baca.
Ke-5 aspek ejaan
tersebut ditata dalamkaidah ejaan yang disebut Ejaan yang Disempurnakan
sejak1972.
II. Kaidah
Penempatan Ejaan dalam Penulisan
Dalam
buku Pedoman Ejaan yang Disempurnakan penulisan ejaan
dantanda baca diatur dalamkaidahnya masing-masing. Penulisan ejaan yang diatur
tersebut di antaranya
(1) Pemakaian
abjad,huruf vocal, huruf konsonan, dan abjad.
(2) Persukuan, yaitu
pemisahan suku kata,
(3) Penulisan huruf
besar,
(4) Penulisan huruf miring,
(5) Penulisan kata dasar, kata ulang,
kata berimbuhan,, gabungan kata,
(6) Penulisan angka dan lambang
bilangan,
(7) Penempatan tanda baca atau
pungtuasi, di antaranya
(a) Tandatitik (.),
(b) Tanda koma (,),
(c) Tanda titik dua (:),
(d) Tanda titik koma (;)
(e) Tanda titiktitik/ellipsis(….),
(f) Tanda Tanya (?),
(g) Tanda seru (!),
(h) Tanda kurung biasa ((….)),
(i) Tanda hubung (-),
(j) Tanda pisah (--),
(k) Tanda petik tunggal (‘…’),
(l) Tanda petik ganda (“…”),
(m) Tanda kurung siku ([…]),
(n) Tanda ulang angka dua (…..2),
(p) Tanda apostrof (‘….)
Tanda baca di atas
diaplikasikan dalam teks sesuai dengan kaidah yang
berlaku secara resmi.
Kaidah ejaan itu akan dilampirkan dari buku Pedoman EYD. Ketiga ejaan yang berlaku dalam bahasa
Indonesia itu diresmikan di Jakartamelalui pemerintahan kolonial Belanda dan
pemerintahan Republik Indonesia.
III.
Penempatan Ejaan dan Tanda Baca
Dalam buku Pedoman
Ejaan yang Disempurnakan (disingkat Pedoman
EYD) penulisan ejaan
dan tanda baca diatur dalam kaidahnya sebagai
berikut.
(1) Pemakaian abjad
berupa huruf vokal, huruf konsonan,
(2) Persukuan, yaitu
pemisahan suku kata,
(3) Penulisan huruf
besar (kapital)
(4) Penulisan huruf
miring atau digarisbawahi (kursif),
(5) Penulisan kata
dasar,kata ulang, kata berimbuhan, dan gabungan kata,
(6) Penulisan angka
dan lambang bilangan, dan
(7) Penempatan tanda
baca (pungtuasi), di antaranya:
(a) Tanda titik (.),
(b) Tanda koma (,),
(c) Tanda titik koma
(;),
(d) Tandatitik dua
(:),
(e) Tanda
titik-titik/ellipsis (…),
(f) Tanda Tanya (?),
(g) Tanda seru (!),
(h) Tanda kurung
biasa ((…)),
(i) Tanda kurung siku
([…]),
(j) Tanda hubung (-),
(k) Tanda pisah (--),
(l) Tanda petik
tunggal (‘…’),
(m)Tanda petik ganda
(“…”),
(n) Tanda garis
miring (/),
(o) Tanda ulang angka
dua (2), dan
(p) Tanda
apostrof/penyingkat (‘).
Ke-16 penempatan
tanda baca tersebut dideskrisikan sebagai berikut dari
buku PedomanEYD
(Pusat
Bahasa, 2009, cetakan ke-30: hlm. 15—39).
BAB IV, V DAN VI
KALIMAT DAN KALIMAT EFEKTIF DALAM PENULISAN
A.
Pengertian Kalimat dan Kalimat Efektif
Dalam
proses penulisan karya ilmiah ada dua jenis kalimat yangmendapat perhatian
penulis, yaitu masalah kalimat dan masalah kalimat
efektif. Pernyataan
sebuah kalimat bukanlah sebatas rangkaian kata dalam
frasa dan klausa.
Rangkaian kata dalamkalimat itu ditata dalam struktur
gramatikal yang benar
unsur-unsurnya dalam membentuk makna yang akan disampaikan secara logis.
Kalimat-kalimat dalam penulisan ilmiah harus lebih cermat lagi menata kalimat
yang benar dan efektif karena kalimat-kalimat yang tertata itu berada dalam
laras bahasa ilmiah.Kalimat dalam tataran sintaksis adalah satuan bahasa yang menyampaikan
sebuah gagasan bersifat predikatif dan berakhir dengan tanda titik sebagai
pembatas. Sifat predikatif dalam kalimat berstruktur yang dibentuk oleh unsure
subjek, unsure predikat,dan unsure objek (S-P+O).
Unsur
subjek dan predikat itu harusmewujudkan makna gramatikal kalimatyang logis.
Konsepsi kalimat itubelum cukup untuk menampilkan kalimat efektif, sehingga
diperlukan factor lain dalamperwujudan kalimat
menjadikalimat
efektif. Oleh karena itu, KALIMAT EFEKTIF adalah satuan
bahasa (kalimat) yang
secara tepat harus mewakili gagasan atau perasaan
penulis dan harus
pula dimengerti oleh pembaca sebagaimana yang dimaksudkan penulis. Jadi,
kalimat efektif merupakan kalimat yang harus
tepat sasaran dalam
penyampaian dan pemerian bagi pembacanya. Disamping kaidah yang ada dalam
kalimat,kalimat efektif perlu memperhatikan persyaratasn dan menghindari
hal-hal yang menyalahi
kalimat efektif.
B.
PERSYARATAN KALIMAT EFEKTIF
1.
FUNGSI GRAMATIKAL DALAM KALIMAT EFEKTIF ATAU KESATUAN
FUNGSI
GRAMATIKAL
Fungsi gramatikalatau
unsure struktur dalamkalimat dikenal dengan istilah subjek, predikat, objek,,
pelengkap,, dan keterangan yang dirumuskan
atau disngkat menjadi
S + P + (O/Pel.) + (Ket) /
S : adalah subjek
P : adalah predikat
O : adalah objek
Pel.: adalah
pelengkap
Ket. : adalah
keterangan.
Fungsi subjek dan
fungsi predikat harus ada dan jelas dalamkalimat dan
secara fakultatif
diperlukan fungsi objek, fungsi pelengkap, dan fungsi
keterangan.
SUBJEK adalah fungsi
kalimat yang menandai apa yang dinyatakan oleh penulis. Posisi subjek dalam
kalimat bebas, yaitu terdapat pada awal, tengah, atau akhir kalimat.
PREDIKAT adalah
fungsi kalimat yang menandai apa yang dinyatakan oleh penulis tentang subjek.
Posisi predikat dalam kalimat juga bebas,kecuali tidak boleh di belakang objek
dan di belakang pelengkap. OBJEK adalah fungsikalimat yang melengkapi kata
kerja aktif dan kata kerja pasif sebagai hasil perbuatan, yang dikenai
perbuatan, yang menerima,atau yang diuntungkan oleh perbuatan sebagai predikat.
Fungsi objek selalu terletak di belakang predikat berkata kerja transitif.
PELENGKAP adalah
fungsi yang melengkapi fungsi kata kerja berawalan
ber- dalampredikat,
sehingga predikat kalimat menjadi lebih lengkap. Posisi
pelengkap dalam
kalimat terletak di belakang predikat berawalan ber-.
KETERANGAN adalah
fungsi kalimat yang melengkapi fungsi-fungsi
kalimat,yaitu
melengkapi fungsi subjek, fungsi predikat, dan fungsi objek, atau fungsi semua
unsure dalamkalimat. Posisi keterangan dalam kalimat bebas dan tidakn terbatas.
Tidak terbatas dimaksudkan fungsiketerangan dalam dapat lebih dari satu pada
posisi bebas yang sesuai dengan kepentingan fungsi-fungsi kalimat.
Perhatikanlah
posisifungsi-fungsi kalimat berikut.
(1) Setelah bekerja
selama tiga hari,panitia pelaksana seminar lingkungan
hidup itu berhasil merumuskan
undang-undang kebersihan tata kota
Jakarta
di Kantor DPD DKI Jakarta. (P-Pel-S-P-O-K)
(2) Keputusan hakim
perlu ditinjau kembali.( S – P)
(3) Perlu ditinjau
kembali keputusan hakim. (P – S)
(4) Kelompok Pialang
(broker) berbicara tentang fluktuasi harga sama IHSG.(S – P – Pel.)
(5) Selama tahun 2012
fluktuasi harga saham IHSG mengalami kenaikan
yang signifikan sebanyak 12 kali di Bursa
Efek Jakarta (K – S – P – O –K)
(6) Pengacara
tersebut mempelajari undang-undangpencemaran nama baik dan membandingkannya dengan Undang-undang Dasar RI. (S1 – P1 –O1
– P2 – K)
(7) Evaluasi
pembelajaran mahasiswa meliputi empat komponen, yaitu
komponen UTS,komponen
UAS, komponen kehadiran, dan komponen
makalah ilmiah. (S1 –
P1 – O1 – K1 – K2- K3 – K4)
(8) Jika stabilitas
nasional mantap, masyarakat dapat bekerja dengan
tenang dan dapat beribadah dengan leluasa.
(S3- P3 – S1 – P1 – S2 –
P2) Perhatikanlah contoh kalimat majemuk dalam
posisi fungsi yang berbeda berikut.
(9) Bahwa kemerdekaan
itu hak semua bangsa sudahdiketahui semua
orang. ( S1 (konjungsi + S2 + P2) - P1 - O1.)
(10) Dosen mengatakan
bahwa komponen nilai UAS berbobot 40%. (S1 -
P1
- O1 (S2+P2)).
(11) Hasil UAS
mahasiswa dibatalkan jika mahasiswaketahuan mencontek.
(S1
– P1 – K1 (S2+P2)).
(12) Kelompok C berpresentasi dan tim juri
menilainya. (S1 – P1 + S2 – P2)
(13) Kinerja bisnis
mulai membaik dan perkembangan ekonomi menjadi stabil setelah pemilu berlangsung damai. (S1 - P1 + S2 – P2 + (S3 + P3)
2.
KEPADUAN (KOHERENSI) DALAM KALIMAT
Kepaduan atau
keherensi dalam kalimat efektif adalah hubungan timbal balik atau hubungan
kedua arah di antara kata atau frasa dengan jelas, benar, dan logis. Hubungan
timbal baik terjad dapat antarkata dalam frasa satu unsure atau dapat terjadi
antar frasa dalam antarfungsi dalam kalimat. Hubungan antarfungsi itu dapat
menimbulkan kekacauan makna gramatikal kalimat. Perhatikanlah contoh kalimat
yang berprasyarat koherensi berikut.
Contoh kalimat yang
TIDAKKOHERENSIF
(1) Setiap hari dia
pulang pergi Bogor –Jakarta dengan kereta api.
(2) Oleh panitia
seminar makalah itu dimasukkan ke dalam antologi.
(3) Pelaksanaan
seminar itu karena jalan macet harus ditunda satu jam
kemudian.
Pembetulan kalimat
yang KOHERENSIF
(1a) Setiap hari dia
pergi pulang Bogor—Jakarta dengan kereta api
(2b) Makalah seminar
itu dimasukkan ke dalamantologi.
(3a).Karena jalan
macet,pelaksanaan seminar itu ditunda satu jam kemudian.
3
KEHEMATAN KALIMAT ATAU EKONOMI BAHASA
KEHEMATAN
arau ekonomi bahasa adalah penulisan kalimat yang langsungmenyampaikan gagasan
ataupesan kalimat secara jelas, lugas, dan logis. Kalimat yang hemat dalam
penulisan menghindari
dan memperhatikan
hal-hal berikut .
(1) Penulis
menggunakan kata bermakna leksikal yang jelas dan lugas dan
penenpatan afiksasi yang benar.
(2) Penulis
menghindari subjek yang sama dalam kalimat majemuk.
(3) Penulis
menghindari pemakaian hiponimi dan sinonimi yang tidak perlu.
(4) Penulis
menghindari penggunaan kata depan (preposisi) di depan
kalimat dan di depan subjek.
(5) Penulis
menghindari penggunaan kata penghubung (konjungsi) di depan subjek dan di
belakang predikat yang berkata kerja transitif.
(6) Penulis
menghindari kata ulang jika sudah ada kata bilangan tak tentu di depan kata
benda.
(7) Penulis
menghindarifungsi tanda baca dan pengulangan kata dalam
rincian.
(8) Penulis
menghindariketerangan yang berbelit-belit dan panjang yang
seharusnya ditempatkan dalam catatan kaki (footnotes).
(9) Penulis menghindari
pemborosan kata dan afiksasi yang tidak jelas
fungsinya.
Perhatikanlah contoh berikut,yaitu
kalimat kurang memperhatikan ekonomi bahasa.
(a) Dalam ruangan ini
kita dapat menemukan barang-barang, antara lain
seperti meja, kursi, buku, lampu, dan
lain-lain.
(b) Karena modal di
bank terbatas, sehingga tidak semua pengusaha
lemah memperoleh kredit.
(c) Apabila pada hari
itu saya berhalangan hadir, maka rapat akan
dipimpin oleh Sdr. Tadjudin.
Perbaikan kalimat
yang memperhatikan ekonomi bahasa berikut.
(a1) Dalam ruangan
ini kita dapat menemukan meja, kursi, buku,lampu, dan lain-lain.
(b1) Karena modal di
bank terbatas, tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit.
(b2) Modal di bank
terbatas, sehingga tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit.
(c1) Pada hari itu
saya berhalangan hadir, maka rapat akandipimpin oleh Sdr. Tadjudin.
(c2) Apabila pada
hariitu saya berhalangan hadir, rapat akan dipimpin oleh Sdr. Tadjudin.
4.
PENEKANAN DALAM KALIMAT EFEKTIF
Dalam
kalimat efektif PENEKANAN ATAU PENONJOLAN adalah upayapenulis untuk memfokuskan kata atau frasa
dalamkalimat. Penekanan dalam kalimat dapat berupa kata,frasa,klausa, dalam
kalimat yang dapat berpindahpindah. Namun,penekanan tidak sama dengan penentuan
gagasan utama dan ekonomi bahasa. Penekanan dapat dilakukan dalam kalimat lisan
dan kalimat tulis. Pada kalimat lisan,penekanan dilakukan dengan
intonasi yang
dapat disertai mimik muka dan bentuk nonverbal
lainnya.
Penekanan dalam kalimat tulis dapat dilakukan dengan cara-cara berikut.
(1) Mutasi, yaitu
mengubah posisi kalimat dengan menempatkan bagian
yang dipenting pada awal kalimat.
Contoh:
Minggu
depan akan
diadakan seminar”Pencerahan Pancasila bagi
Mahasiswa”
(2) Repetisi, yaitu
mengulang kata yang sama dalam kalimat yang bukan
berupa sinonim kata.
Contoh:
Kalau pimpinan sudah
mengatakan tidak tetap tidak.
(3) Kursif, yaitu
menulis miring, menghitamkan, atau menggarisbawahi kata
yang dipentingkan.
Contoh:
Bab II skripsi ini
tidak membicarakan
fluktuasi harga saham.
(4) Pertentangan,yaitu
menempatkan kata yang bertentangan dalam kalimat. Pertentangan bukan berarti
antonym kata.
Contoh:
Dia sebetulnya pintar
tetapi
malas lkuliah.
(5) Partikel, yaitu
menempatkan paretikel (lah,kah, pun,per, tah) sebelum
atau sesudah kata yang dipentingkan dalam
kalimat.
Contoh:
Dalam berdemokrasi, apa
pun harus
transparan kepada rakyat.
(6) Penekanan
dalamkalimat tidak berarti penonjolan gagasan kalimat atau
bukan ekonomi bahasa.
5.
KESEJAJARANDALAM KALIMAT (PARALELISME)
KESEJAJARAN
(PARALELISME) adalah upaya penulis merinci unsur yang sama penting
dan sama fungsi secra kronologis danlogis dalam kalimat.Dalam kalimat
dan paragraph, raincian itu harus menggunakan bentuk bahasa yang sama, yaitu
rincian sesame kata, sesame prasa,sesama kalimat.
Kesamaan bentuk dalam
paralelisme menjaga pemahaman yang fokus bagipembaca dan sekaligus menunjukkan
kekonsistenan sebuah kalimat dalam penulisan karya ilmiah.
Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam kesejajaran rincian kalimat efektif
adalah sebagai
berikut.
(1) Tentukanlah
apakah kesejajaran beradabentuk bahasa kalimat atau
paragraf.
(2) Jika urutan
rincian dalam bentuk frasa, rincian uruan berikut harus
dalam bentuk frasa juga.
(3) Penomoran dalam
rincian harus konsisten.
(4) Perhatikanlah
penempatan tanda baca yang benar.
(5) Hindarilah gejala
ekonomi bahasa yang bermakna sama:
seperti……dan lain lain, antara lain…..
Sebagai berikut,
yakni:….
Perhatikanlah contoh
kesejajaran yang benar berikut.
Kami sangat
mengharapkan kehadiran Bapak/Ibu/Saudara pada:
hari :…,
tanggal:….,
waktu: ….,
acara: …., dan
Tempat: …..
6.
KEVARIASIAN DALAM KALIMAT EFEKTIF
KEVARIASIAN
dalam kalimat efektif adalah upaya penulis menggunakanberbagai pola kalimat dan
jenis kalimat untuk menghindari kejenuhan atau kemalasan pembaca terhadapteks
karangan ilmiah. Fungsi utama kevariasian ini adalah menjaga perhatian dan minat
baca terhadap teks ilmiah berlanjut bagi pembaca. Pada dasarnya kevariasian
adalah upaya penganekaragaman pola, bentuk, dan jenis kalimat agar pembaca
tetap termotivasi membaca dan memahami teks sebuah karangan ilmiah. Agar kevariasi
dapat menjaga motivasi pembaca terhadap teks, penulis perlu memperhatikan
hal-hal berikut.
(1) Awal kalimat
tidak selalu dimulai dengan unsure subjek, tetapi kalimat
dapat dimulai dengan
predikat dan keterangan sebagai variasi dalam
penataan pola
kalimat.
(2) Kalimat yang
panjang dapat diselingi dengan kalimat yang pendek.
(3) Kalimat berita
dapat divariasikan dengan kalimat Tanya, kalimat
perintah, dan kalimat seruan.
(4) Kalimat aktif
dapat divareiasikan dengan kalimat pasif.
(5) Kalimat tunggal
dapat divariasikan dengankalimat majemuk.
(6) Kalimat
taklangsung dapat divariasikan dengan kalimat langsung.
(7) Kalimat yang
diuraikan dengan kata-kata dapat divariasikan dengan
tampilan gambar,bagan,grafik, kurva, marik,
dan lain-lain.
(8) Apa pun bentuk
kevariasian yang dilakukan oleh penulisjangan sampai
mengubah atau keluar dari pokok masalah yang
dibicarakan.
Perhatikanlah contoh
kalimat dengan variasinya.
(a) Dari renungan itu
seorang manajer menemukan suatu makna, suatu
realitas
yang baru,
suatu kebenaran yang menjadi ide sentral yang
menjiwai bisnisnya ke
depan.
(b) Seorang ahli
Inggris mengemukakan bahwa seharus tidak dibangun
pelabuhan samudera. Namun, pemerintah tidak memutuskan
demikian.Memang
cukup banyak mengendorkan semangat kalau melihatkeadaan di Indonesia
belahan Timur meskipun fasulitas pengangkutan laut dan udara sudah banyak dibangun.
(Variasi kalimat dengan kata berawalan me- danberawalan di-).
7.
PENALARAN DALAM KALIMAT EFEKTIF
PENALARAN
(reasoning) adalah proses mental dalam mengembang kan pikiran
logis (nalar) dari beberapa fakta atau prinsip (KBBI,2005:772). Hal yang
diutamakan dalam penalaran adalah proses berpikr logis dan bukan dengan
perasaan atau bukan pengalaman. Penalaran tidak akan tercapai jika tidak
didukung oleh kesatuan dan kepaduan kalimat. Dalam penalaran alur berpikirlah
ang ditonjolkan agar kalimat dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dipahami
dengan benar dan tepat sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman atau
salah kaprah. Kesatuan pikiran akan logis jika didukungatau dikaitkan dari gabungan
unsur atau fungsi kalimat. Hubungan logis dalam kalimat dapat dilihat melalui
kaitan antarunsur dan kaitan antarbagian kalimat. Hubungan logis dalam kalimat
terdiri atas tiga jenis hubungan berikut.
(1) Hubungan logis
koordinatif adalah hubungan setara di antara bagianbagian kalimat dalam kalimat
majemuk setara. Hubungan logis koordinatif ini ditandai dengan konjungsi dan,
serta, tetapi, atau,melainkan, sedangkan, padahal.
Contoh: Mobil itu
kecil tetapi pajaknya sangat besar.
(2) Hubungan logis
korelatif adalah hubungan saling kait di antara bagian
kalimat. Hubungan
korelatif ini ditandai oleh konjungsi berikut.
Hubungan penambahan :
baik….maupun, tidak hanya..., tetapi juga……..
Hubungan perlawanan :
tidak….., tetapi….., bukan……., melainkan
Hubungan pemilihan :
apakah…., atau….., entah….entah……
Hubungan akibat : demikian…..sehingga,
sedemikianrupa……sehingga
Hubungan penegasan :
jangankan…..,…..pun…..
(3) Hubungan logis
subordinatif adalah hubungan kebergantungan diantara induk kalimat dan anak
kalimat.
Contoh: Dosen itu
tidak masuk karena rumahnya kebanjiran.
Hubungan subordinatif
dalam kalimat majemuk tak setara (bertingkat) cukup banyak hubungan antara induk
kalimat dan anak kalimat yang ditandai dengan konjungsi-konjungsi berikut.
(a) Hubungan waktu :
ketika,setelah, sebelum,
(b) Hubungan syarat :
jika,, kalau, jikalau,
(c) Hubungan
pengandaian : seandainya andaikan,andai kata,
(d) Hubungan tujuan :
untuk, agar,supaya,
(e) Hubungan
perlawanan : meskipun,walaupun, kendatipun,
(f) Hubungan
pembandiungan : seolah-olah, seperti, daripada, alih-alih,
(g) Hubungan sebab :
sebab,karena, oleh sebab,lantaran,
(h)
Hubunganhasil/akibat : sehingga, maka, sampai (sampai)
(i) Hubungan alat :
dengan, tanpa
(j) Hubungan cara :
dengan, tanpa,
(k) Hubungan
pelengkap : bahwa, untuk, apakah,
(l) Hubungan
keterangan : yang,
(m) Hubungan
perbandingan : sama….dengan, lebih….daripada,
berbeda…..dari
Contoh kalimat yang
salah karena tidak logis (salah nalar)
(1) Di antara masalah
nasional yang penting itu mencantumkan masalah
MPKT dalam pendidikan (SALAH).
Di antara masalah pendidikan nasional itu
tercantum masalah MPKT dalam pendidikan (BENAR)
(2)
Untuk mengetahui baik
buruk pribadi seseorang dapat dilihat dari
tingkah lakunya sehari-hari. (SALAH)
Baik buruk pribadi seseorang dapat dilihat
dari pribadinya sehari-hari. (BENAR)
(3) PT Gudang Garam
termasuk lima penghasil terbesar devisa negara
tahun 2010. (SALAH)
PT Gudang Garam termasuk lima besar penghasil
devisa negara tahun
2010. (BENAR).
(4)
Meskipun dia
datang terlambat, namun dia dapat menyelesaikan
masalah itu. (SALAH)
Meskipun datangterlambat, dia dapat
menyelesaikan masalah itu.
(BENAR)
Dia datang terlamat, namun dapat
menyelesaikan masalah itu. (BENAR)
(5) Dia membantah
bahwa
bukan dia yang korupsi tetapi staf keungan
perusahaan. (SALAH)
Dia menyatakan bahwa bukan dia yang korupsi
melainkan staf
keuangan perusahaan. (BENAR).
BAB VII, VIII DAN IX
PARAGRAF ATAU ALINEA DALAM TEKS
A.
PENGERTIAN PARAGRAF
Satuan bahasa yang lebih besar danlebih luas
darikalimat adalah
paragraph atau aline.
Dalam definisinya,PARAGRAF adalah satuan bahasayang mengemukakan sebuah pokiok pikiran
atau satu gagasan utama yang disampaikan dalam himpunan kalimat yang
koherensif. Setiap
paragrafharus
menyampaikan sebuah gagasan utama. Gagasan utama
tersebut harus
dijelaskan oleh gagasan-gagasan bawahan, sehingga dalam paragraph terdapat
beberapa kalimat yang saling tekait. Dalam rangkaian kalimat itu tidak satupun
kalimat yang bertentangan dengan kalimat gagasan utama dan kalimat-kalimat
gagasan bawahan. Kalimat yang berisi gagasan utama disebut kalimat topic
dannkalimat yang bergagasan bawahan adalah kalimat penjels. Sebuah paragraf minimal
tediri tiga kalimat dalammpenulisan karangan ilmiah. Perhatikanlah contoh
paragraph berikut yang berisi gagasan utama atau kalimat topic dan bergagasan
bawahan dalam kalimat penjelas.
(1) Sampah selamanya
selalu memusingkan.
(2) Berkali-kali masalahnya
diseminarkan dan berkalikali pula solusinya dirancang.
(3) Namun, berbagai
keterbatasan tetap menjadikan sampah sebagaimasalah yang pelik.
(4) Pada waktu
diskusi atau seminar sampah berlangsung, penimbunan
sampah terus terjadi.
(5) Hal ini mendapat
perhatian serius karena masalah sampah berkaitan
dengan pencemaran air dan banjir.
(6) Selama pengumpulan,pengankutan,
pembuangan akhir, dan pengolahan sampah itu belum dapat dilaksanakan dengan baik,
selama
Keenamkalimat dalam
paragraph di atas membicarakan soal sampah,
sehingga topic
dalamparagraf tersebut dalah “masalah sampah”. Kalimat –kalimatnya koherensi
atau saling terkait logis sehingga pembaca dapat
dengan mudah
memahamitopik “masalah sampa” dalam paragraph itu
dengan baik.
B.
FUNGSI PARAGRAF
Paragraf yangberupa
himpunan kalimat saling terkait dalam mengemukakan mengemukakan gagasan utama
berfungsi penting bagi
penulis paragraph dan
bagi pembaca paragraph dalam teks. Perhatikanlah
fungsi-fungsi
paragraph tersebut.
Fungsi
Paragraph bagi Penulis
(1) Paragraf
memudahkan pengertian dan pemahaman dengan menceraikan satu tema dari tema yang
lain dalam teks.
(2) Paragraf
merupakan wadah untuk mengungkapkan sebuah idea tau pokok pikiran secara
tertulis.
(3) Paragraf harus
memisahkan setiap unit pikiran yang berupa ide, sehingga tidak terjadi percampuran
di antara unit pikiran penulis.
(4) Penulis tidak
cepat lelah dalammenyelesaikan sebuah karangan dan
termotivasi masuk ke dalam paragraf
berikutnya.
(5) Paragraf dapat
dimanfaatkan sebagai pembatas antara bab karangan
dalam satu kesatuan yang koherensi: bab
pendahuluan, bab isi, dan bab kesimpulan.
Fungsi Paragraf bagi
Pembaca
(1) Dengan memisahkan
atau menegaskan perhentian secara wajar
Danformal, pembaca dengan jelas memahami
gagasan utama paragraf penulis.
(2) Pembaca dengan
mudah “menikmati” karangan secara utuh, sehingga
memperoleh informasi penting dan kesanyang
kondusif.
(3) Pembaca sangat
tertarik dan bersemangat membaca paragraph per
paragraph karena tidak membosankan atau tidak
melelahkan.
(4) Pembaca dapat
belajar bagimmana cara menarik untuk menyampaikan
sebuah gagasan dalam paragraph tulis.
(5) Pembaca merasa
tertarik dan termotivasi cara menjelaskan paragraph
tidak hanya dengan kata-kata, tetapi dapat
juga dengan gambar,bagan,diagram, grafik,dan kurva.
C.
Persyaratan Paragraf yang Baik dan Benar
Paragraf yang baik
dan efektif harus memenuhi persyaratan berikut.
(1) Kesatuan yang
kompak,yaitu semua kalimat harus mengemukakan satu
tema yang jelas.
(2)Koherensi yang
padu, yaitu antarkalimat dalamparagraf saling terkait
Dalamparagraf. Cara mengaitkan antarkalimat
dalam paragraph dapat dilakukan dengan cara berikut.
(a)
Pengulangan kata kunci (repetisi) yang terdapat dalamsetiapkalimat.
(b) Penggunaan kata penghubung (konjungsi) setiap
awalkalimat dengantepat dan benar.
(c)
Penggunaan kata ganti orang atau kata ganti penunjuk
Sebagaipengganti
gagasan utama dengan kata-kata seprti: dia, mereka,nya, itu, tersebut, ini.
(3) Penggunaan metode
pengembangan paragraph sebagai penjels gagasan utama paragraph. Metode yang
digunakan dari metodeproses sampai dengan metode definisi.
(4) Setiap paragraph
harus mempunyai satu gagasan utama yang ditulis
dalam kalimat topic. Posisi Kalimat topic
dalam paragraph ditempatkan pada :
(a) Kalimat topic pada awal paragraf
(deduktif),
(b) Kalimat topic pada akhir paragraf
(induktif,
(c) Kalimat topic pada awal dan akhir
paragraph (deduktif—induktif)
(d) Kalimat topic pada temgah paragraph
(ineratif)
(e) Kalimat topic pada semua kalimat
dalamparagraf (deskriptif).
Kalimat topic dalam paragraph ditulis dalam
klalimat tunggalatau kalimatmajemuk bertingkat karena kedua kalimat itu hanya
menyampaikan satu gagasan utama.
(5)Penulis paragraph
tetap memmerhatikan kaidah satuan bahasayang lain, seperti ejaan, tanda baca,
kalimat, diksi, dan bentukan kata.
(6) Dalam penulisan
karangan ilmiah,penulisan paragraph harus
diperhatikan hal-hal teknis penulisan .Seperti
kutipan, sumber rujukan, tata latak grafik, kurva,gambar.
(7) Penulis pun
memperhatikan jenis-jenis paragraph pada posisi bagian
karanagan pendahuluan, isi,dan bagian
kesimpulan.
(8) Penulisan
paragraph yang menjorok ke dalam, sejajar, atau menekuk.
(9) Penulis juga
memperhatikan jumlah kata atau jumlah kalimat dalam
sebuah paragraf, yaitu jumlah kosakata paragraph
antara 30—100 kata dan jumlah kalimat minimal tiga kalmia.
(10) Jika
uraianparagraf melebihi 100kata sebaiknya dibuat menjadi dua
paragraph.
D.
JENIS-JENIS PARAGRAF
Dalam karangan
terdapat bermacam-macam jenis paragraph. Macam jenis
paragraph tersebut
jika diperhatikan dari berbagai sudut pandang. Berikut ini ditampilkan berbagai
jenis paragaraf.
(1) Jenis paragraph
diperhatikan dari satuan karangan, di antaranya :
(a) Paragraf
pembuka yangterdapat
padaawalkarangan sebagaipengantar pokok pikiran penulis yangditempatkan pada
bagian pendahuluan.
(b)
Paragraf isi adalah
paragraph yangmenguraikan pokok masalah
Dalam karangan, yaitu bagian isi atau uraian
karangan.
(c) Paragrafpenutup
adalah
paragraph yang menyimpulkan atau mengakhiri sebuah karangan,yaitu bagian
penutup atau kesimpulan.
(2) Jenis paragraph
diperhatikan dari sudut pandang sifat tujuan karangan,di antaranya :
(a) Paragraf eksposisi adalah paragraph yang
menginformasikan atau
memaparkan pokok masalah.
(b) Paragraf argumentative adalah paragaraf
yang mengemukan suatu
pikiran dngan alasanlogis.
(c) Paragraf
deskriptif adalah
jenis paragrafyang memerikan suatu
suasana, area, dan benda.
(d) Paragraf naratif adalah jenis
paragraph yang menceritakan suatu
masalah.
(e) Paragraf
persuasive adalah
jenis paragraph yang memengaruhi ataumerajuk orang tentang sesuatu .
(3)Jenis paragraph
diperhatikan dari posisi kalimat topic dalam
paragraph,diantaranya :
(a) Paragraf deduktif
adalah jenisparagraf yang menempatkan kalimat topik pada awal paragraph.
(b) Paragraf induktif
adalahjenis paragraph yang menempatkan kalimat topik pada akhir paragraph.
(c) Paragraf dedukti-induktif adalah jenis
paragraph yang menempatkan kalimat tepi pada awal dan akhir paragraph.
(d) Paragraf ineratif adalah jenis paragraph yang
meletakkan kalimat topik pada tengah paragraph.
(e) Paragraf tanpa kalimat topic adalah paragraph
yang menyeimbangkan paragraph yang melebihi satu paragraph.
(4)
Jenis paragraph diperhatikan
dari cara atau metode pengambangan paragraph, di
antaranya :
(a)Paragraf
menerangkan,
(b) Paragraf merinci,
(c) Paragraf contoh,
(d) Paragraf buktian,
(e)
ParagrafPertanyaan,
(f) Paragraf
perbandingan,
(g) Paragraf sebab
akiba.
Dari ke-4 sudut
paragraph di atas, paragraph darisudut pandang satuan
karangan dan
paragraph sudut pandang sifat tujuan karangan yang perlu
dipahami lanjut.
Setelah
memerhatikan jenis-jenis paragrafdari berbagai sudut pandang,berikut ini akan
dijelaskan Janis paragraph dari sudut pandang satuankarangan, yaitu paragraph
pembuka , paragraph isi, dan paragraph penutup.
PARAGRAF
PEMBUKA
Paragraf
pembuka adalah paragraph yang mengawali sebuahpenulisan
karangan dengan
mengantarkan pokok masalah dalambagian pendahuluan karangan. Hall-halyang harus
diperhatikan dalam menyusun paragraph pembuka karangan.
(1) Paragraf itu
berfungsi mengantar pokokmasalah karangan.
(2) Paragraf ini sanggup menyiapkan pikiran pembaca
pada pokok masalah yang akan dijelaskan.
(3) Kata-kata
dalamparagraf ini hendaknya menarik perhatian pembaca,
sehingga mudah memahami pokok masalah yang
akan diuraikan.
(4) Kalimat dan
paragraph dalambagian ini tidak terlalupanjangkarena
paragraph belum menguraikan.
PARAGRAF
ISI
Paragraf
isi atauparagraf pengembang adalah jenis paragraph yang berfungsimenuraikan
atau memperjelas pokok masalah yang akan diuraikan dalamkarangan.Uraian pokok
masalah dalamparagraf ini dapat disampaikan dengan berbagaimetode pengembangan
dan menbampilkan hal-halteknis uraian dalamkarangan ilmiah. Hal-halyang diperhatikan
dalam jenisparagrafini diantaranya:
(1) Mengemukakan
pokok masalah dengan jelas dan eksplisit.
(2) Perlu dijaga
keserasian dan kelogisan antarparagraf.
(3) Pengambangan paragraph dapat menggunakan jenis
paragraph ekspositoris, argumentative,deskriptif, dan naratif.
(4) Memperhatikanhalteknis
penulisan seperti kutipan, sumberkutipan,
penggunaan bagan diagram grafik kurfa.
(5) Menyiapkan uraian
pokok masalah yang disentesiskan sebagai bahan
paragraph kesimpulan.
PARAGRAF
PENUTUP
Paragraf
penutup merupakan pernyataan kembali gagasan yang diuraikanatau merupakan
jawaban pertanyaan yang terdapat pada paragraphpembuka.Paragraf ini merupakan
akhir sebuah karangan yang dapat disampaisecara horisontaldan vertical dalam
rincian. Hal-hal yang perlu diperhatikandalam penyusunan paragraph penutup ini,
antara lain
1) Paragraf ini tidak
boleh terlalu panjang dan tidak begitu saja
memutuskannya.
2) Paragraf ini
ditampilkan sebagai cerminan sebuah kesimpulan.
3) Paragraf ini harus
mendapat kesan positif dan informasi
4) pengetahuan yang
logis dan kondusif.
5) Paragraf ini dapat
berupa jawaban singkat dariuraian atau pertanyaan
yang terdapat pada paragraph Pembuka.
6) Paragraf ini
jangan lagimenguraikan, mengutip,dan mengemukakan
masalah baru.
7) Berdasarkan apa
yang disimpulkan dalam paragraf, penulis dapat
mengajukan rekomendasi atau
8) Usulan yang berupa
saran karena keterbatasan waktu dan dana yang
penulis dapatkan.
1.
JENIS TULISAN
Sebelum mengarang,
apalagi karangan ilmiah, seseorang harus paham
terlebih dahulu
mengenai apa itu karangan dan jenis-jenisnya. Dengan begitu, seorang penulis
dapat menentukan jenis karangan yang akan dibuatnya dan memudahkan yang
bersangkutan menyusun kerangkanya sehingga tujuan ia menulis dapat tercapai.
Pada dasarnya, mengarang adalah pekerjaan merangkai kata, kalimat, dan alinea
untuk menjabarkan dan atau menguas topik tertentu guna memperoleh hasil akhir
berupa karangan (Finoza, 2008:228). Selain itu, harus pula dipahami bahwa
karangan dapat bersifat nonilmiah, semiilmiah atau ilmiah populer, dan ilmiah.
Ketiganya memiliki sejumlah perbedaan seperti terlihat pada tabel berikut ini.
Sifat Karangan
|
Ciri
|
Contoh
|
Nonilmiah
|
(1) Tidak terikat
oleh aturan
bahasa
yang baku,
(2) Struktur tidak
baku
walaupun tetap
sistematis,
(3) Nonfaktual atau
rekaan
(4) Subjektif,
(5) Biasanya
berbentuk
narasi, deskripsi,
dan
campuran
|
Cerita pendek,
anekdot,
dan
puisi
|
Semiilmiah
|
(1) Menghindari
istilah-istilah
teknis dan
menggantinya
dengan istilah
umum,
(2) Struktur tidak
baku walaupun
tetap sistematis,
(3) Pengamatan
bersifat faktual,
(4) Bersifat
campuran objektif
dan subjektif,
(5) Biasanya
berbentuk
eksposisi,
persuasi,
deskripsi,
dan campuran
|
Berita,
opini, dan artikel
|
Ilmiah
|
(1) Sumber bersifat
faktual,
(2) Bersifat
objektif
(3) Menggunakan
kaidah bahasa
yang baku,
(4) Terikat oleh
aturan yang
lazim digunakan
dalam ranah
penulisan ilmiah
bidangbidang
ilmu,
(5) Struktur
bersifat baku,
(6)
Argumentasi dan campuran
|
Makalah, skripsi,
tesis,
dan disertasi
a. Eksposisi
|
a.
Eksposisi
Karangan eksposisi
merupakan wacana yang bertujuan memberikan
panjelasan,
informasi, keterangan, dan pemahaman kepada pembaca atau
pendengar tentang
suatu hal. Tulisan jenis ini biasanya menguraikan sebuah proses atau suatu hal yang
belum diketahu oleh pembaca atau proses kerja suatu benda (Keraf, 1977: 110).
Sebuah tulisan ekspositoris semata-mata hanya memberikan informasi dan tidak bertujuan
lain, seperi misalnya berpromosi atau menggiring pembaca agar setuju dengan apa
yang dijelaskan di dalamnya. Jenis karangan ini dapat kita temukan dalam
kehidupan sehari-hari
di media massa, seperti berita politik, berita kriminal,
atau lainnya. Karena
sifatnya yang memaparkan, karangan eksposisi dapat
juga disebut paparan.
Teks di bawah ini merupakan contoh eksposisi di
media massa.
Kilau
Batu Berharga
Bebatuan berharga
muncul mempercantik aksesori. Kenali jenis bebatuan yang mayoritas terbuat dari
kandungan mineral ini, yuk!
Berlian
Berasal dari atom
karbon yang dibentuk di bawah tekanan sangat tinggi dan terkubur amat sangat
dalam di bawah tanah. Berlian berharga mahal karena selain cantik, batu ini
juga sangat sulit ditemukan di dunia dan melalui proses pengolahan yang sulit. Permukaan
berlian tidak bisa basah oleh air, namun sangat rentan terhadap minyak. Berlian
dinilai dari kejelasan (clarity), warna (color), dan potongannya (cut). Indonesia adalah
salah satu penghasil berlian yang terbaik!
Amethyst
Amethyst adalah jenis
batuan yang paling berharga dan mudah dikenali. Amethyst memiliki nuansa warna
ungu, dari ungu tua hingga merah pucat keunguan. Amethyst dapat ditemukan di berbagai
benua. Amethyst paling langka dan sangat berharga adalah jenis Deep
Russian.
Sapphire
Batu berharga ini
terbuat dari jenis mineral corundum, lebih tepatnya aluminium
oxide.
Pengaruh elemen lain, yaitu zat besi, titanium, chromium, copper, atau
magnesium membuat Sapphire memiliki banyak warna, dari biru, kuning, pink, ungu, orange, atau hijau. Batu
ini dapat ditemukan di lapisan sedimen. Batu Sapphire sangat kuat sehingga
tidak hanya digunakan di dunia aksesori saja namun juga alat-alat high-tech
seperti
komponen optik infrared.
Emerald
Emerald adalah jenis
batuan beryl yang paling berharga. Emerald memiliki
warna hijau yang kuat dan memendarkan cahaya yang begitu cantik. Batu emerald
yang paling baik bahkan memiliki harga melebihi harga berlian, namun sangat
tidak mudah menemukan emerald yang sempurna.
Aquamarine
Aquamarine artinya
air dan lautan. Batuan ini termasuk ke dalam jenis batuan baryl
yang
memiliki warna semburat biru; dari biru pucat hingga biru kehijauan. Aquamarine
termahal adalah yang berwarna biru aqua yang pekat yang biasa ditemukan di
Brazil.
Rubi
Batu ini terbentuk
dari mineral yang disebut korundum, terdiri dari oksida aluminium. Warna merah
disebabkan oleh jejak kromium, sementara semburat cokelat terjadi karena
pengaruh zat besi. Rubi paling berharga adalah yang berwarna merah dengan
semburat biru.
(disunting dari
“Kilau Batu Berharga” dalam Nova,24—30 September
2012)
b.
Argumentasi (Bahasan)
Tulisan ini bertujuan
untuk meyakinkan atau mengubah pendapat pembaca
atas suatu pendapat,
ideologi, doktrin, sikap, atau tingkah laku tertentu. Dalam tulisan yang
bersifat ilmiah, jenis karangan ini biasanya digunakan
oleh penulis karena
sebuah karya ilmiah harus dapat meyakinkan pembaca
atas topik yang
diuraian penulisnya. Dengan demikian, penulis harusmenyusun karangannya secara
logis dengan alasan atau data yang mampu meyakinkan pembaca. Di bawah ini
adalah contoh karangan argumentasi.
Terkini
Salah satu kosakata
sangat aneh dalam bahasa Indonesia yang banyak digunakan oleh media elektronik,
terutama televisi, adalah ‘terkini’. Sejumlah stasiun televisi menggunakan kata
itu dengan berbagai variasi ‘Kabar Terkini’, ‘Terdepan dan Terkini’, ‘Indonesia
Terkini’, dan lain-lain.
Adakah yang lebih
kini sehingga ada yang terkini? Adakah waktu bisa kita tangkap, kita bekukan,
menjadi kini yang berhenti, statis, membeku, kemudian kita bikin yang lebih
kini bernama terkini? Kini, kemarin, ataupun esok adalah momen yang tak mungkin
kita tangkap. Begitulah absurditas waktu. Hanya tubuh kita yang menjadi bukti
dan saksi yang menangkap jejak waktu. Bayi bertumbuh remaja, muda, berangsur matang.
Setelah itu, tua, kusut, menopause, renta, surut. Bukan karena bahasa Indonesia
tak mengenal tenses lalu kita boleh memakai kosakata dengan logika sembarangan.
Melath logika, melatih otak, bahkan melatih tubuh—tangan kita pun sebenarnya bisa
mengingat apa yang tak diingat oleh otak kita—adalah bagian bagian dari melatih
kesadaran. Tiadanya kesadaran membuat jagat kecil, yaitu dari kita, menjadi morat-marit.
Korupsi dan segala kejahatan turunannya adalah parihal diri manusia yang kacau.
(Disunting dari
“Terkini” oleh Bre Redana dalam Kompas Minggu, 20 Desember 2012)
c.
Persuasi (Ajakan)
Karangan persuasi
adalah karangan yang tertujuan meyakinkan pembaca,
membuat pembaca
percaya, atau membujuk pembaca atas apa yang dikemukakan oleh penulis. Yang
dikemukakan itu dapat saja berupa fakta,
produk, pendapat,
hingga ideologi tertentu. Bidang yang paling banyak menggunakan jenis karngan
ini adalah dunia periklanan. Kata ‘persuasi’ berasal dari kata Inggris ‘to
persuade’ yang
bararti ‘membujuk’ atau ‘meyakinkan’. Bentuk nominanya adalah ‘persuation’
yang
kemudian dipungut ke dalam bahasa Indonesia menjadi ‘persuasi’ (Finoza, 2008:
247). Karangan persuasi dapat dogolongkan ke dalam empat kelompok, yaitu (1)
persuasi politik, (2) persuasi pendidikan, (3) persuasi advertensi, dan (4)
persuasi propaganda. Di bawah ini adalah contoh persuasi dalam iklan.Energhi(untuk Perlindungan Kulit Anda di Tanah Suci)
Persiapkan perawatan khusus kulit, wajah dan tubuh Anda saat menuju tanah suci
dengan Energhi. Sehingga kondisi
cuaca, suhu dan udara yang ekstrim tidak mengganggu kekhusuan ibadah haji Anda.
Energhi Skin Care package
akan menjaga dan melindungi kulit Anda tetap lembab, sehat dan alami
d.
Narasi (Kisahan)
Narasi atau kisahan
adalah karangan yang menceritakan sesuatu baik berdasarkan pengamatan maupun pengalaman
secara runtut. Sebuah karangan narasi akan berusaha mengisahkan suatu peristiwa
atau kejadian secara kronologis (Keraf, 1997: 109). Penulisan narasi yang bak
membutuhkan tiga hal,
yaitu (1) kalimat pertama dalam paragraf harus
menggugah minat
pembaca, kejadian disusun secara kronlogis, dan (3)
memiliki fokus pada
tujuan akhir yang jelas (Utorodewo, dkk, 2004: 65).
Selanjutnya,
Utorodewo, dkk (2004: 65) mengemukakan bahwa sebuah
karangan narasi akan
tersusun dengan baik apabila menggunakan:
(1) keterangan waktu,
(2) keterangan yang berkaitan
dengan pekerjaan atau peristiwa, dan
(3) kata-kata
peralihan yang mengungkapkan kaitan pikiran, kaitan waktu,
dan kaitan hasil, dan pertentangan.
Ditinjau dari
sifatnya, narasi terdiri atas dua jenis, yaitu (1) narasi ekspositoris atau
narasi faktual, dan (2) narasi sugesti atau narasi berplot
(Finoza, 2008: 238).
Yang dimaksud dengan narasi ekspositoris adalah yang bertujuan memberikan
informasi kepada pembaca agar pengetahuan yang bersangkutan bertambah luas,
sedangkan narasi sugesti adalah narasi yang ditujukan memberikan makna kepada pembaca
melalui imajinasinya. Di bawah ini adalah contoh narasi sugestif.
Dulu,
musim hujan pertama itu, ketika anakku dan aku baru pindah kemari, Monang masih
rajin datang. Setiap hari raya—Natal, Paskah—dan tentu hari ulang tahunku.
Ya,
artinya ia selalu datang sehari sesudahnya. Mungkin ia malu bertemu dengan
keluargaku. Jadi selalu diusahakannya agar datang sesudah mereka pergi. Mengelakkan
senyum dingin yang terarah kepadanya, yang lebih melukai dari seribu tuduhan.
Melarikan diri dari pandangan penuh arti, yang lebih keras memukul daripada
tinju kepal. Keluargaku tak pernah memaafkkannya. Barangkali mereka tak sanggup
menerima bahwa aku sendiri sudah lama mengampuninya.
Mereka
tidak bisa mengerti bahwa aku sanggup tetap mengasihi
orang yang telah
mengucilkanku kemari.Kalau bukan karena Monang, tentu aku pun sudah menjadi
tokoh masyarakat sekarang. Namaku dan potretku tentu sering muncul di surat
kabar. Perbuatanku dan pemikiranku tentu dianggap turut membangun masyarakat,
turut mengarahkan terlaksananya cita-cita mereka.
Sekarang...
teman-temanku pun sudah lupa padaku. Karenaperbuatan Monang aku menjadi
begini... . Tetapi aku sudah lama
mengampuninya. Keampunan
dosa—bukankah itu inti sari agamaku?Kuyakinkan bahwa Allah Maha Pemurah,
mengampuni dosa sekejiapapun. Ia sudah mengampuni aku. Aku yakin betul bahwa
dosaku
diampuni olehNya. Dan
kalau begitu, siapakah aku—yang gegabah
menolak penyesalan
sesamaku?
Hukumammu sudah cukup
berat, Monang. Aku takkan menambahsekerikil pun atas bebanmu. Karena pernah
kita begitu berbahagia bersama-sama. Menghayati bersama-sama kecerahan hari hidup
kita. Lalu badai menyambar kita—sehingga kita terpisah kini. Tetapi itu bukan
cuma salahmu,Monang. “Badai meniupkan kapal-kapal ke mana nakhodanya tak
berhasrat pergi,”
kata suatu pepatah kuno. Kapalku kandas, sedangkan kapalmu berlayar terus tanpa
harapan.
Ya,
sekalipun kau tak pernah mengunjungiku akhir-akhir ini,Monang, sedikit-dikitnya
itu kuketahui betul: kau hidup tanpa harapan.Kasihan Monang...Dari rumahku yang
kecil di luar kota, kukirimkan rasa ibakukepadamu di rumahmu yang mewah di
tengah kota. Bagaikan burung pipit yang hinggap di jendela, memandang bangkai cenderawasih
yang kau pajang d atas lemarimu. Dan kalau sampai kau lihat burung pipit itu,
Monang, ingatkah kau padaku?
Pada Raumanen, cinta
pertamamu?
(Dicuplik dari novel
berjudul Raumanen karya Marianne
Katoppo,
diterbitkan oleh
Metafor Publishing, Jakarta, 1977, hlm. 3—4)
e.
Deskripsi (Lukisan)
Deskripsi merupakan
jenis karangan yang menggambarkan bentuk objek
pengamatan dari aspek
rupa, sifat, rasa, atau corak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya selain
menggambarkan perasaan bahagia, takut, sepi, sedih, atau genbira. Tujuan karangan
ini adalah membantu pembaca membayangkan apa yang digambarkan tersebut
(Utorodewo, dkk, 2004: 65).
Seorang penulis yang
hendak menulis karangan deskriptif haruslah teliti,
cermat, dan kreatif
memilih kata-kata sehingga pembaca dapat membayangkan objek yang dilukiskan
tersebut. Agar sampai pada tujuan tadi, seorang penulis harus mengambil sikap
tertentu terhadap objek yang akan dilukiskannya. Ada dua pendekatan yang bisa
diambil oleh penulis dalam mendeskripsikan sesuatu, yaitu pendekatan realistis
dan pendekatan impresionalistis.
1.
Pendekatan Realistis
Dalam pendekatan ini,
penulis seolah bertindak sebagai tukang potret yang memotret sebuah objek
melalui kameranya. Dengan kata lain, penulis harus bersifat objektif, tidak
dibuat-buat, atau apa adanya. Perhatikan contoh berikut.
Orang Bugis berbagai
ciri khas yang sangat menarik. Mereka mampu mendirikan kerajaan-kerajaan yang
sama sekali tidak mengandung pengaruh India, dan tanpa mendirikan kota sebagai pusat
aktivitas mereka. Orang Bugis juga memiliki tradisi kesusastraan, baik lisan
maupun tulisan. Berbagai karya sastra tulis yang berkembang seiring dengan tradisi
lisan, hingga kini masih dibaca dan disalin ulang. Perpadun antara tradisi
lisan dan tulis ini kemudian menghasilkan salah satu epos sastra terbesar di
dunia, yakni La Galigo yang lebih panjang
dari Mahabharata. (dicuplik dari Manusia
Bugis karya
Christian Pelras, hlm. 4)
2.
Pendekatan Impresionistis
Sesuai dengan
namanya, pendekatan impresionistis bertujuan menimbulkan kesan dalam diri
pembaca sesuai dengan impresi penulis karena pelukisan bertolak dari sudut
pandang penulis. Jadi, sifat pendekatan ini subjektif. Perhatikan cuplikan
cerita di bawah ini.
Sepasang
burung bangau melayang meniti angin, berputar-putar di langit. Tanpa sekalipun
mengepakan sayap, mereka mengapung berjam-jam lamanya. Suaranya melengking
seperti keluhan panjang. Air. Kedua unggas ini telah melayang
beratus-ratuskilometer mencari genangan air. Telah lama mereka merindukan amparan
lumpur tempat mereka mencari mangsa: latak, ikan, udang, atau serangga lainnya.
Namun kemarau belum usai. Ribuan hektar sawah yang mengelilingi Dukuh Paruk
telah tujuh bulan kerontang. Sepasang burung bangau itu takkan menemukan
genangan air mesi sebesar telapak kaki. Sawah berubah menjadi padang kering
berarna kelabu. Segala jenis rumput mati. Yang menjadi bercak-bercak hijau di
sana-sini adalah kerokot, sajian alam bagi sejala jenis
belalang dan
jangkrik. Tumbuhan jenis kaktus ini justru hanyamuncul di sawah justru sewaktu
kemarau berjaya.
Di
bagian langit lain, seekor burung pipit sedang berusahamempertahankan nyawanya.
Dia terbang bagai batu lepas dari ketepel. Sambil menjerit sejadi-jadinya. Di
belakangnya seekor alap-alap mengejer dengan kecepatan berlebih. Udra yang ditempuh
kedua binatang itu membuat udara desau. Jerit pipit kecil itu terdengar ketika
paruh alap-alap menggigit kepalanya. Bulu-bulu halus beterbangan. Pembunuhan terjadi
di udara yang lengang, di atas Dukuh Paruk.
(dicuplik dari Ronggeng
Dukuh Paruk karyaAhmad
Tohari, hlm. 9)
2.
Ringkasan, Abstrak, dan Sintesis
Ketiga istilah di
atas pada intinya merujuk pada pekerjaan yang sama, yaitu
meringkas. Namun,
masing-masing memiliki perbedaan yang harus dipahami agar tidak menimbulkan
salah paham.
a.
Ringkasan
Menyajikan kembali
sebuah tulisan yang panjang ke dalam bentuk yang
pendek disebut
meringkas. Tindakan meringkas dapat dilakukan terhadap
berbagai jenis teks,
di antaranya ringkasan atas novel, ringkasan atas buku
laporan tahunan, dan
ringkasan atas sebuah bab sebuah buku. Untuk sampai pada ringkasan yang baik,
cara yang dapat dilakukan oleh penulis adalah menghilangkan segala macam
‘hiasan’ dalam teks yang akan diringkas. Yang dimaksud dengan ‘hiasan’ di sini
dapat berupa (1) ilustrasi
atau contoh, (2)
keindahan gaya bahasa, dan (3) penjelasan yang terperinci.Sebuah ringkasan
memiliki beberapa ciri. Pertama, penulis haruslah mempertahankan urutan pikiran
dan cara pandang penulis asli. Kedua, penulis harus bersifat netral, dalam arti
tidak memasukan pikiran, ide, maupun opininya ke dalam ringkasa yang dibuatnya.
Ketiga, ringkasan yang dibuat haruslah mewakili gaya asli penulisnya, bukan
gaya pembuat singkasan. Dengan membaca teks asli secara berulang-ulang,
menandai kalimat topik setiap paragraf, dan menghilangkan segala macam hiasan,
penulis akan dapat membuat sebuah ringkasan yang baik
b.
Abstrak
Abstrak adalah
karangan ringkas berupa rangkuman. Istilah ini lazim digunakan dalam penulisan
ilmiah. Oleh karena itu, abastark terikat dengan
aturan penulisan
ilmiah. Dalam sebuah abstrak setidaknya ada hal-hal berkut:
(1) latar belakang
atau alasan atas topik yang dipilih,
(2) tujuan penelitian
yang dilakukan oleh penulis,
(3) metode atau bahan
yang digunakan dalam penelitian,
(4) keluaran atau
kesimpulan atas penelitian.
Panjang-pendek sebuah
abstrak amat ditentukan oleh tujuannya. Apabila
abstrak tersebut
ditulis untuk keperluan Jurnal, maka panjangnya antara 75
sampai dengan 100
kata, sedangkan untuk skripsi 200 sampai dengan 250
kata. Perhatikan
contoh abstrak di bawah ini untuk keperluan jurnal.
Abstrak
Tradisi
lisan Indonesia mengalami ancaman kepunahan karenaberbagai sebab sehingga
diperlukan usaha-usaha yangkomprehensif untuk memeliharanya. Makalah ini akan membicarakan
berbagai cara perekaman tradisi lisan di Provinsi Jawa Barat, Nusa Tenggara
Timur, Sulawesi Utara, dan Papua dantantangan yang dihadapinya. Tujuannya
adalah menjelaskan perlunya usaha inventarisasi sebagai tahap awal penyelamatan
tradisi tersebut. Dengan metode observasi langsung yang ditunjang oleh
kepustakaan, penelitian diharapkan mampu merekam secara akurat berbagai tradisi
lisan yang ada dalam masyarakat Indonesia
secara
akurat.
Selain itu, perlu
diperhatikan pula bahwa kesepakatan umum dalam dunia
ilmu bahwa abstrak ditulis
bahasa Inggris. Misalnya, apabila sebuah artikel
untuk jurnal atau
skripsi ditulis dalam bahasa Indonesia, maka abstraknya
ditulis dalam bahasa
Inggris.
c.
Sintesis
Berbeda dengan
ringkasan dan abstrak yang merupakan ringkasan atas satu sumber saja, sintesis
dibuat atas beberapa sumber. Pada dasarnya sintesis adalah merangkum intisari
bacaan yang berasal dari beberapa sumber. Kegiatan ini harus memperhatikan data
publikasi atas sumber-sumber yang digunakan. Dalam tulisan laras ilmiah, data
publikasi atas sumber-sumber tadi kemudian dimasukan dalam daftar pustaka.
Ada sejumlah syarat
yang harus diperhatikan oleh penulis dalam membuat
sintesis, di
antaranya (Utorodewo dkk, 2004: 97): (1) penulis harus bersikap objektif dan
kritis atas teks yang digunakannya, (2) bersikap kritis atas sumber yang
dibacanya, (3) sudut pandang penulis harus tajam, (4) penulis harus dapat
mencari kaitan antara satu sumber dengan sumber lainnya, dan (5) penulis harus
menekankan pada bagian sumber yang diperlukannya.
3. Kutipan
dan Sistem Rujukan
3.1
Kutipan
Dalam menulis karya
ilmiah, kadangkala kita mengutip pendapat orang lain. Kutipan itu kita gunakan
sebagai alat untuk memperkuat argumentasi
kita. Dalam upaya
tersebut, perlu diperhatikan kebiasaan-kebiasan yang lazim berlaku dalam dunia
ilmu.
Kutipan terdiri atas
dua jenis, yaitu (1) kutipan langsung dan (2) kutipan tidak langsung. Dalam
mengutip secara langsung kita tidak melakukan perubahan apa pun terhadap teks
atau bagian teks yang kita kutip tersebut
sedangkan dalam
mengutip tidak secara langsung kita diperkenankan untuk menggunakan kata-kata
kita sendiri tetapi tidak mengubah makna pada teks aslinya. Keduanya jenis
kutipan ini bertujuan sama, yaitu meminjam pemikiran orang lain untuk
melengkapi tulisan kita tanpa menghilangkan penghargaan kita kepada orang yang
pikirannya kita pinjam tersebut.
Kutipan langsung dan
kutipan tidak langsung memiliki ciri-ciri tersendiri.
Ciri kutipan langsung
adalah
(1) Tidak boleh ada
perubahan terhadap teks asli,
(2) Tanda (sic!) digunakan apabila
ditemukan kesalahan pada teks asli,
(3) Tanda tiga titik
tiga berspasi (. . .) digunakan apabila ada bagian
kutipan yang dihilangkan, dan
(4) Menggunakan
sumber kutipan yang berlaku dalam bidang selingkung.
Dalam proses ini, kadang kita mengutip teks
yang panjang dan kadang
mengutip teks yang pendek. Sebuah kutipan
disebut kutipan pendek apabila tidak lebih dari empat baris sedangkan kutipan
panjang lebih dari empat baris.
Kutipan pendek (1)
diintegrasikan langsung dengan tulisan kita, (2) diapit oleh tanda kutip, dan,
(3) jangan lupa, sumber kutipan. Kutipan langsung panjang(1) dipisahkan dari
teks kita dengan dengan spasi dan besaran huruf yang lebih kecil, (2) boleh
diapit oleh tanda kutip oleh tidak, dan (3) jangan lupa, sumber kutipan harus
ada. Kutipan langsung, baik yang pendek maupun yang panjang, juga dapat
dilakukan pada catatan kaki dengan tatacara: spasi rapat, diapit tanda kutip,
dan tidak boleh mengadakan perubahan terhadap teks asli.
Kutipan tidak
langsung disebut juga inti sari pendapat memiliki ciri-ciri (1)
diintegrasikan dengan
teks, (2) tidak diapit oleh tanpa kutip, dan (3) harus
menyertakan sumber
kutipan.
Mengenai sumber
kutipan, hal tersebut mutlak harus ditulis jika kita tidak
ingin digolongkan
sebagai orang yang melakukan plagiarisme karena
plagiarisme merupakan tindakan pencurian terhadap hak cipta seseorang
yang dilindungi oleh
hukum. Selain terhindar dari tuduhan plagiarisme, menyertakan data atas sumber
kutipan juga berarti menghargai pikiran orang yang tulisannya kita kutip selain
sebagai etika dalam dunia ilmu dan aspek legalitasnya.
3.2
Sistem Rujukan
Dalam upaya menjaga
etika ilmiah dalam hal penggunaan sumber lain dalam sebuah tulisan, kita
mengenal sistem catatan. Sistem ini dikembangkan dalam tiap bidang ilmu
selingkung sehingga muncul variasi dalam penulisannya. Tidak heran apabila
sistem yang digunakan oleh bidang ilmu tertentu berbeda dengan sistem yang
dikembangkan oleh bidang ilmu lainnya. Walaupun demikian, kita mengenal dua
sistem perujukan yang sering digunakan, yaitu :
(1) catatan kaki, dan
(2) catatan belakang.
Catatan
Kaki adalah
catatan yang diletakkan di bagian bawah halaman
sedangkan Catatan
Belakang ada
di akhir bab (dalam sebuah buku) atau
bagian akhir sebuah
tulisan (dalam sebuah makalah).
Sistem catatan dapat
dibagi dalam dua jenis: referensi dan informasi tambahan. Yang dimaksud dengan
referensi adalah data semua sumber yang dijadikan rujukan dengan ditandai oleh
angka Arab. Teks di bawah ini akan menjelaskan bagaimana catatan dibuat. Sebuah
tulisan mengenai hubungan pribadi seseorang dengan lingkungannya mengutip
pendapat seorang tokoh psikologi Amerika bernama Donald B. Calne. Tokoh ini
menulis buku berjudul Batas Nalar yang diterbitkan oleh
Kepustakaan Populer Gramedia di Jakarta.
Di halaman 159,
penulis buku membuat pernyataan yang cukup penting
mengenai mentalitas
para pedagang sehingga perlu dikutip dan diberi catatan (bagian yang dikutip
ditebalkan).
Setiap orang akan
dipengaruhi oleh lingkungannya. Demikian pula dengan
profesi seseorang. Orang
yang sukses berniaga punya kecenderugan
bertindak
dan menantang risiko di mana perlu.1 Seperti dikatakan oleh John
Maynard Keynes, dst.
_______________
1Donald B. Calne.
2005. Batas Nalar. Jakarta: Kepustakaan
Populer Gramedia. Hlm.
159.
Informasi Tambahan
pada sistem catatan digunakan apabila penulis
memandang perlu
menjelaskan sebuah istilah, menjelaskan bagian dari
uraian tertentu,
memberikan informasikan adanya sumber lain yang membahas kasus yang sama.
Tujuan informasi tambahan ini adalah agar
pembaca mendapatkan
informasi yang lebih lengkap atas istilah atau bagian dari uraian tersebut.
Contoh berikut diambil dari tulisan Maman S. Mahayana yang berjudul “Gerakan
Budaya Menjelang Kemerdekan Indonesia— Malaysia” yang terbit Jurnal
Makara Vol.
11, No. 2 Desember 2007, hlm. 48—57. Di halaman 52, Maman menguraikan mengenai
usaha seorang tokoh Melayu bernama Ibrahim Yaakob. Kesimpulan atas usaha tokoh
itu secara singkat dimasukan dalam catatan kaki.
Sementara itu,
tahun-tahun awal selepas berakhir perang Pasifik, bagi Malaysia persoalannya
lain lagi. Bagi Malaysia, kemerdekaan yang dicapai Indonesia tanpa melibatkan
Tanah Melayu, seolah-olah merupakan sebuah rangkaian perjalanan yang berakhir
dengan kegagalan. Sungguhpun demikian, semangat untuk mencapai cita-cita
menjadikan Malaysia sebagai negara yang merdeka, tidak sama sekali pudar;
perjuangan mesti dilanjutkan. Ibrahim Yaakob dan beberapa pemimpin KRIS lainnya
kemudian terbang ke Indonesia dan selanjutnya melakukan perjuanganmya dari
Indonesia.17
_________________
17Perjuangan Ibrahim
Haji Yaakob untuk menyatukan Malaysia dengan Indonesiaternyata tidak pernah
terwujud sampai akhirnya ia meninggal tanggal 9 Maret 1979. Sebagaipenghargaan
atas perjuangannya membantu Indonesia, Yaakob dimakamkan di MakamPahlawan
Kalibata, 10 Maret 1979.
Dalam hal catatan
kaki yang berisi referensi, seorang penulis hampir dapat
dipastikan
menggunakan beberapa sumber. Apabila sumber-sumber itu dirujuk beberapa kali
dengan halaman yang sama atau berbeda-beda, maka tiga istilah, yaitu Ibid, Op.Cit, dan Loc.Cit,
harus
diketahui dan dipergunakan dengan benar.
Ibid,
Op.Cit, dan
Loc.Cit. ketiganya berasal dari bahasa Latin. Ibid
berasal
dari kata ibidem
yang
artinya ‘pada tempat yang sama’. Istilah ini digunakan
untuk rujukan apa saja yang digunakan berturut-turut tanpa disela oleh sumber
yang lain. Op.Cit. berasal dari kata opere
citato yang
berarti ‘pada karya yang telah dikutip’. Istilah ini digunakan apabila seorang
penulis mengacu sumber berupa sebuah buku yang diacu beberapa kali namun sumber
tersebut telah disela oleh sumber yang lain. Loc.Cit.
berasal
dari kata loco citato yang artnya ‘pada
tempat yang telah dikutip’. Istilah ini mengacu kepada artikel dalam bunga
rampai, jurnal, majalah, koran, ansiklopedi. Istlah ini dipergunakan apabila
artikel tersebut dirujuk beberapa kali dan telah disela oleh sumber yang lain.
Perhatikan contoh di bawah ini.
1Donald B. Calne.
2005. Batas Nalar. Jakarta: Kepustakaan
Populer Gramedia. Hlm.159.
2Ibid.
3Ibid, hlm. 40.
4Ibid, hlm. 46.
5Boen S. Oemarjati.
2012. “Tanggung Jawab dalam Koeksistensi Berbudaya” dalam Memaknai
Kembara Bahasa dan Budaya (ed. Riris K. Toha-Sarumpaet). Jakarta: UI Press. Hlm.
121.
6Arnold Van Gennep.
1992. The Ritus of Passage. Chicago: Chicago
University Press. Hlm. 35.
7Donald B. Calne, Op.Cit.,
hlm.
170.
8Boen S. Oemarjati, Loc.Cit.,
hlm.
125.
9Arnold Van Gennep, Op.Cit.,
hlm.
42.
4.
Daftar Pustaka
Daftar pustaka atau
bibliografi adalah semua sumber yang menjadi rujukan seorang penulis dalam
kegiatannya menulis sebuah karya ilmiah.
Sumber-sumber
tersebut harus dihimpun dalam sebuah daftar yang lazim
disebut sebagai
Daftar Pustaka atau Bibliografi atau Kepustakaan dengan
fungsi sebagai berikut.
1. Membantu pembaca
mengetahui ruang lingkup studi penulis.
2. Memberikan
petunjuk kepada pembaca yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai tulisan yang
dibacanya serta hubungannya dengan tulisan lain yang berkaitan.
3. Membantu pembaca
memilih referensi yang sesuai dengan bidang studinya.
4.Sebagai bentuk
keterbukaan dan kejujuran penulis mengenai sumbersumber yang dipergunakannya.
Ada beberapa variasi
penulisan Daftar Pustaka. Variasi ini terjadi akibat pola-pola penulisan yang
dikembangkan oleh selingkung bidang, misalnya format MLA (The Modern Language
Association) dan format APA (American Psycologycal Association). Namun
demikian, unsur-unsur yang harus ada dalam sebuah daftar pustaka pada dasarnya
sama. Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut:
(1) nama penulis,
(2) tahun terbitan
sumber yang bersangkutan,
(3) judul sumber yang
dipakai sebagai referensi, dan
(4) data publikasi
(nama tempat terbit, nama penerbit).
Dalam menyusun Daftar
Pustaka, beberapa hal perlu diperhatikan, yaitu:
(1) baris pertama
dimulai pada pias (margin) sebelah kiri, baris kedua dan selanjutnya dimulai
dengan 3--5 ketukan ke dalam,
(2) jarak antarbaris
1 spasi,
(3) jarak antarsumber
1,5 atau 2 spasi,
(4) diurut
berdasarkan abjad huruf pertama nama keluarga penulis (bergantung pada gaya
selingkung bidang)
Untuk nama penulis,
penulisannya dalam daftar pustaka berbeda dengan
penuisan dalam
Catatan kaki. Pada Catatan Kaki, nama penulis tidak dibalik tetapi Daftar
Pustaka dibalik, yakni dengan mendahulukan nama belakang karena dianggap
sebagai nama keluarga dan dibatasi oleh koma untuk kata selanjutnya yang
dianggap sebagai nama diri seperti contoh berikut.
Format
MLA
Caine, Donald B. Batas
Nalar.
Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2005.
Gennep, Arnold Van. The
Ritus of Passage.
Chicago: Chicago University Press, 1992.
Oemarjati, Boen S.
“Tanggung Jawab dalam Koeksistensi Berbudaya” dalam Memaknai
Kembara
Bahasa dan Budaya (ed.
Riris K. Toha-Sarumpaet). Jakarta: UI Press, 2012.
Format
APA
Caine, Donald B.
(2005). Batas Nalar. Jakarta:
Kepustakaan Populer Gramedia.
Gennep, Arnold Van.
(1992). The Ritus of Passage. Chicago: Chicago
University Press.
Oemarjati, Boen S.
(2012). “Tanggung Jawab dalam Koeksistensi Berbudaya” dalam
Memaknai
Kembara Bahasa dan Budaya (ed. Riris K. Toha-Sarumpaet). Jakarta:
UI Press.
Apabila pengarang
dalam sumber lebih dari satu orang, maka nama penulis pertama saja yang dibalik
sedangkan nama pengarang kedua tidak. Apabila penulisnya empat orang atau lebih,
maka setelah nama penulis pertama cukup ditulis kata dan ‘dkk’ yang artinya
‘dan kawan-kawan’ yang dalam istilah Latin adalah et.al.
Contoh:
Dua Penulis:
Gustianti, Rina dan
Yulia Nazaruddin. (2005). 2012: Kiamat Tak Jadi
Datang. Jakarta: CV. Tiga
Pena Mandiri.
Tiga Penulis:
Gustianti, Rina,
Syahrial, dan Yulia Nazaruddin. (2005). 2012: Kiamat
Tak Jadi Datang.
Jakarta: CV. Tiga Pena Mandiri.
Empat Penulis:
Gustianti, Rina, dkk.
(2005). 2012: Kiamat Tak Jadi Datang. Jakarta: CV. Tiga
PenaMandiri.
5.
Topik, Tujuan, Tesis, dan Kerangka Karangan
Sebuah karya ilmiah
haruslah direncananan dan disusun dengan cara yang sistematis dan terukur.
Untuk itu, perlu ditetapkan terlebih dahulu hal yang paling penting yang hendak
diuraikan. Hal yang paling penting itu disebut sebagai topik.
Topik tidak sama
dengan judul. Namun banyak orang mengartikannya sama. Topik, seperti telah
dikemukakan di atas, haruslah yang pertama ditentukan oleh penulis, sedangkan
judul paling akhir karena judul hanyalah kepala karangan.
Dalam memilih perlu
dipertimbangkan beberapa hal, yaitu (1) harus menarik perhatian penulis, (2)
diketahui dan dikuasai oleh penulis, (3) harus sempit dan terbatas, dan (4)
untuk penulis pemula hindari topik yang
kontroversial dan
baru. Mengapa demikian? Sebab, bagaimana mungkin mengerjakan sesuatu tulisan
yang kita sendiri tidak tertarik. Bagaimana pula dapat memberikan uraian yang
berbobot apabila bidang atau pengetahuan yang disyaratkan oleh topik yang
dipilih tidak kita kuasai. Misalnya, seorang yang tidak mengetahui atau tidak
menguasai ilmu sastra bagaimana mungkin menulis makalah yang berisi tinjauan
ilmiah karya-karya Mochtar Lubis yang demikian kompleks dengan bobot yang
tinggi. Selain itu, sebuah tulisan ilmiah haruslah fokus pada satu masalah dan
selesai dibicarakan dalam format tertentu, misalnya untuk jurnal. Jika terlalu
luas, maka tulisan itu tidak akan selesai atau melebar ke mana-mana. Demikian
pula topik untuk tujuan penulisan skripsi, tesis, atau disertasi. Semuanya
harus disesuaikan dengan yang disyaratkan oleh jenis-jenis karya ilmiah
tersebut. Bagi seorang penulis pemula, membicarakan sebuah topik yang kontrovesial
dan baru akan menyulitkan yang bersangkutan dalam mencarirujukan penunjang.
Apabila si penulis ingin melakukan penelitian lapangan mengenai masalah itu,
yang bersangkutan akan sulit mempertanggungjawabkan tulisannya. Selain, topik
yang terlalu teknis bagi pemula akan menyulitkannya juga karena seorang penulis
pemula tidak menguasai istilah-istilah teknis bidang yang digarapnya.
Secara sepintas,
menentukan topik sebuah tulisan tampaknya merupakan langkah yang agak sulit dilakukan.
Namun demikian, dengan mempertimbangkan posisi penulis dalam bidang ilmu
tertentu dan horizon
pengetahuannya di
bidang tersebut, seorang calon penulis dapat menentukan sebuah topik yang dapat
dia garap dengan baik.Apabila sebuah topik telah selesai dirumuskan, akan
diapakan topik itu? Untuk itu, langkah selanjutnya adalah menentukan tujuan.
Tujuan adalah sasaran yang hendak dicapai penulis berdasarkan topik sehingga
tujuan itu mempersempit atau membatasi topik.
Tesis
dan Kerangka Karangan
TESIS dalam penulisan
karangan ilmiah merupakan langkah awal penulisan. Tesis dibentuk berdasarkan
topik dan tujuan. Perlu diketahui dulu topik dan tujuan barulah dirumuskan tesis
karangan. Topik adalah pokok masalah yang akan dibahas dalam karangan ilmiah.
Tanpa mengetahui pokok masalah yang akan dibicarakan penulis tidak dapat
menetukan permasalah serta sasaran apa yang akan dicapai dalam penulisan.
Supaya topik itu dapat ditetapkan dengan jelas dan menarik, penulis menentukan
topik berdasarkan penguasaan permasalahan. Setelah topik ditetapkan, penulis
menentukan tujuan dari topik yang telah ditetapkan. Tujuan dari topik itu
adalah sasaran yang akan dicapai penulis berdasrkan topiknya. Tujuan semacam pembatasan
topik agar tidak menyimpang dari permasalahan. Pada dasarnya tujuan
mempersempit permasalahan yang akan dibicarakan dalam karangan.
Oleh karena itu,
tujuan harus lebih terbatas atau lebih sempit dari topiknya.
Setelah topik dan
tujuan ditetapkan dengan jelas, penulis merumuskan topik dan tujuan itu ke
dalam tesis. Degan demikian, TESIS adalah perumusan topik dan tujuan dalam
bentuk kalimat dengan menonjolkan topiknya sebagai pokok bahasan. Tesis lebih
menonjolkan topik daripada tujuan dengan maksud penulis karangan ilmiah
melakukan analisis, intrpretasi, dan sintesis.
Dalam proses
penulilasan karangan ilmiah, tesis merupakan “payung” bagi
tahapan penulisan
ilmiah. Misalnya, dalam menyusun kerangka karangan
penulis berpedoman
pada tesis. Jadi, tesis semacam rambu-rambu pedoman dalam penulisan. Namun,
penentuan sebuah tesis juga dapat dilakukan berdasarkan karangan yang sudah
jadi (publikasi ilmiah). Dengan demikian,tesis mampu meramalkan, mengendalikan,
dan mengarahkan penulis pada proses lanjut penulisan, yaitu penyusunan kerangka
karangan (outline).
Dalam penulisan
karangan ilmih, penulis tidak langsung menulis setelah mengetahui tesis
karangannya, tetapi harus menata pokok-pokok bahasan itu ke dalam kerangka karangan.
KERANGKA KARANGAN adalah suatu rencana kerja ilmiah yang teratur untuk
mendeskripsikan penyusunan pokok-pokok bahasan ke dalam bab dan subbab dengan
menampilkan acuan berupa sumber rujukan (referensi) yang digunakan. Tahapan
penyusunan kerangka karangan itu perlu dimanfaatkan oleh penulis karena
kerangka mempunyai beberapa fungsi penting dalam proses penulisn, di antaranya;
(1) Tidak mengolah
ide sampai dua kali sehingga penulisan tidak keluar daripokok masalahnya.
(2) Menciptakan
klimaks yang berbeda setiap bab sehingga ada variasi dalam penyajian materi
karangan,
(3) Mengingatkan
penulis pada bahan/materi sebagai sumber rujukan dan bahan.
(4) Membaca ulang
karangan yang sudah selesai dapat menciptakan kembali reproduksi yang sama dari
pembaca.
(5) Dapat dilihat
dengan jelas wujud, ide, nilai umum, dan spesifikasi karangan,dan
(6) Berarti setengan
karang sudah selesai dilakukan atau merupakan tahapan akhir dari prapenulisan.
Setelah mengetahui
fungsi kerangka karangan bagi penulis, penulis perlu
memperhatikan hal-hal
berikut.
(1) Perumusan tesis
dan pngungkapan maksud dengan jelas dan benar.
(2) Penginventarisan
topik ke dalam sub-subtopik secara maksimal.
(3) Pengevaluasian
semua topik yang telah dirinci ke dalam tahapan:
(a) semua bab topik
relevan dengan tesisi,
(b) jangan ada topik
yang sama, dan
(c) semua topik dan
subtopik sudah disusun secara paralel,
(4) Tahapan (3a) dan
(3b) dilakukan secara berulang untuk mendapatkan
subtopik yang terinci secara maksimal,
(5) Penetapan pola
susun ragangan yang tepat: pola alamaiah atau pola
logis.
(6) Sadarilah
ragangan tidak sekali buat.
(7) Ragangan ini
sebagai pedoman penyusunan daftar isi karangan.
Melalui tahapan
penulisan kerangka karangan, penulis perlu memerhatikanpersyaratan penyusunan
kerangka karanganberikut.
(1)
Tesis sudah jelas dan benar,
(2)
Data primer dan data sekunder sudah terkumpul, dibaca, dan dikutip
dalam catatan.
(3)
Tiap unit dalam kerangka karangan mempunyai satu gagasan.
(4)
Pokok-pokok kerangka karangan disusun secra logis, di antaranya
(a) unit pokok
terinci secara maksimal,
(b) tiap rincian ada
kaitannya dengan unit atasan langsung, dan
(c) urutan rincian
baik dan teratur
(5)
Pilihlah pola kerangka karangan yang diterapkan
(a) pola alamiah
spasial,
(b) pola alamiah
kronologis,
(c) pola alamaiah
topik yang ada
(6)
Pola logis yang digunakan,
(7) Pasangan simbol
disusun secara taat asas dengan menggunakan sistem
(a) sistem lekuk,
(b) sistem lurus, dan
(c)
sistem gabungan.
0 comments:
Posting Komentar